NIKEN WIDYASWARA / 25211164 / 1EB26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertanian
merupakan salah satu sektor di Indonesia yang juga ikut andil mengambil alih
perekonomian Indonesia,seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia
merupakan Negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya flora nan melimpah. Namun
tentu saja perekonomian Indonesia pada bagian agraris tidak akan mengalami
kemajuan apabila tidak diimbangi dengan penanganan yang baik dari segala pihak.
Sedangkan nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke waktu selalu meningkat.
Tak
hanya itu, pada sektor pertanian juga banyak menyerap tenaga kerja. Dan hingga
saat inipun Indonesia masih menyandarkan mata pencaharian pertanian didaerah
pedesaan.
Di Indonesia sendiri sektor
pertanian dibagi dalam beberapa subsektor yaitu:
-
Subsektor perkebunan
-
Subsektor kehutanan
-
Subsektor peternakan
-
Subsektor peternakan
-
Subsektor tanaman pangan
Sektor pertanian tak hanya
mencakup masalah bercocok tanam,akan tetapi
produsen atau pelaku disektor ini juga mencakup
pekebun,peternak,petambak dan juga nelayan. Tak hanya perorangan ataupun firma
akan tetapi juga perusahaan berbadan hukum.
Nilai tambah subsektor
tersebut dihitung berdasarkan pendekatan produksi,tingkat harga yang dipakai
untuk menghitung nilai produksi adalah nilai harga pada tingkat perdagangan
besar.
Dilihat dari segi kemajuan
teknologi,sektor pertanian selalu dikaitkan dengan keterbelakangan
teknologi,pada dasarnya kemajuan tekhnologi dalam sektor ini sangat pesat.
Sebagai contoh pengolahan hasil pertanian,budidaya,benih unggul hingga proses
bioteknologi. Sehingga tak ayal lagi sektor ini akan menjanjikan pada masa yang
akan datang.
Dewasa kini pemerintah pun sedikit gencar
melakukan berbagai program yang nantinya dapat meningkatkan produksi sektor
pertanian, salah satu contoh yaitu pembangunan sarana dan prasarana seperti
pengadaan infrastruktur yang meliputi irigasi dan jalan,kebijakan tata niaga
serta harga,dan juga berbagai penelitian.
Bila kemajuan tekhnologi
didaerah berkembang mengalami kemajuan yang pesat,lalu bagaimana nasib
perkembangan subsektor tanaman pangan didaerah tertinggal seperti Nusa Tenggara
Timur?
Banyak yang mengenal Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah
sebuah propinsi yang terkenal dengan tingginya angka kelaparan dan gizi buruk.
Berita-berita tentang kasus ini sering kita dengar di berbagai media nasional.
NTT juga dikenal sebuah kawasan yang kering dan memiliki curah hujan yang
rendah.
Seperti yang telah kita
ketahui berbeda daerah maka berbeda pula cuaca, kondisi tanah dan suhunya,maka
berbeda pula cara penanganan dalam menangani pemeliharaan,produksi dan hasil
produksinya. Seperti daerah NTT yang memiliki suhu yang panas,kondisi tanah
yang kering dan kurang cocok untuk menanam padi. Lalu bila demikian kondisinya
bagaimana cara masyarakat memenuhi kebutuhan pangan mereka ? tentu hal tersebut
dapat diatasi dengan penanaman tanaman pangan lain yang tentunya cocok dengan
kondisi tanah wilayah tersebut.
B. PEMBATASAN MASALAH
Agar
dalam melakukan penulisan dan penyusunan tidak menyimpang dari judul yang
dibuat, maka dalam penulisan perlu melakukan pembatasan masalah untuk
mempersempit ruang lingkup sebagai berikut
Penulisan ini dibuat
untuk mendalami sebuah bab dalam mata kuliah Perekonomian Indonesia. Saya akan
membahas tentang salah satu sub sektor dari sektor pertanian yaitu sub sektor
tanaman pangan untuk wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan penulisan ini
adalah untuk mempelajari dan menganalisa sektor pertanian terutama subsektor
tanaman pangan di Nusa Tenggara Timur. Sehingga dengan kita mempelajari dan
menganalisanya kelak kemudian kita dapat membudidayakan,mengeksplorasi secara
arif dan bijak,serta dapat mengembangkan tekhnologi untuk memajukan subsektor
tanaman pangan Indonesia yang memiliki potensial untuk kemudian hari.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi
yang sering mengalami
berbagai masalah yang berkaitan dengan ketahanan pangan
seperti kelangkaan pangan,
gagal panen, dan busung lapar. Sementara itu, pada sisi
lain luas panen yang
dioptimalkan baru mencapai 45 persen dari potensi luas
panen tanaman pangan lokal
yang mencapai 210.000 ha., belum lagi dikaitkan dengan
potensi lahan yang cukup
memadai. Kesenjangan dalam peningkatan produksi tanaman
pangan lokal salah satu
determinannya adalah persoalan implementasi kebijakan
yang belum optimal. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data
dilakukan melalui teknik
dokumentasi yang berasal dari media massa yaitu Pos
Kupang dan Kompas. Penelitian ini
menggunakan model model teori Jones (1994), yang memiliki
tiga dimensi, yakni
organisasi, interpretasi dan aplikasi. Keseluruhan
dimensinya dianggap relevan dengan
kondisi yang terjadi dalam implementasi kebijakan
peningkatan produksi tanaman pangan
lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
implementasi kebijakan peningkatan produksi tanaman lokal
belum optimal sehingga
masih terdapat kesenjangan yang besar antara produksi
dengan potensi tanaman pangan
lokal. Beberapa masalah mendasar yang perlu mendapat
perhatian yaitu masalah
kurangnya pelibatan para implementor pada tataran
operasional, masalah koordinasi
pelaksanaan antar unit yang terkait; dan masalah klasik
yaitu anggaran yang memadai untuk program peningkatan produksi tanaman pangan lokal.
BAB III
PEMBAHASAN
1. PRODUKSI
Subsektor tanaman pangan
sering juga dapat disebut sebagai subsektor pertanian rakyat. Dikatakan
demikian karena biasanya tanaman pangan dikelola dan diusahakan oleh rakyat
bukan oleh perusahaan ataupun instansi pemerintahan. Tanaman pangan mencakup
berbagai komoditi bahan bahan pangan seperti padi,ketela,kedelai,jagung,sayur
mayur serta buah buahan.
Seperti yang telah kita
ketahui bahwa padi sangat berpengaruh penting bagi konsumsi pangan di
Indonesia,karena nasi merupakan salah satu makanan pokok selain ketela,jagung
dan sagu.
Tanaman pangan memegang
peran yang strategis dalam memelihara dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Dan nasi sebagai makanan pokok sangat memegang peran dalam kestabilan harga
harga bahan umum. Sebagai contoh apabila beras mengalami kenaikan harga,maka
tentu itu akan berpengaruh pula untuk kenaikan berbagai jenis bahan pokok yang
lain seperti sembako dan bbm.
Di
Indonesia itu sendiri,subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar
nilai tambah sektor pertanian dalam periode 1988-1994 sumbangan subsektor ini
rata rata diatas 9 persen,tak sebading dengan subsektor lain yang menyumbang
sekitar 4 persen.
Sedangkan
di Nusa Tenggara Timur itu sendiri pada tahun 2009 dengan luas panen sebesar
194.219 hektar dengan produktifitas sekitar 31,27 persen dapat memproduksi
607.359 ton. Tentu dilihat dari potensinya tanaman pangan di NTT sangatlah
menggembirakan.
Tentu
saja dalam menanam palawija di Nusa Tenggara Timur banyak mengalami kendala
yang meliputi lima hal yaitu :
-
Rendahnya tingkat penggunaan
lahan
-
Rendahnya produktivitas lahan
-
Benih masih bersifat lokal
-
Pengelolaan masih tradisional
-
Tingginya tingkat susunan
pascapanen
Belum
lagi kendala cuaca kemarau tentu dapat menghambat proses panen palawija. Sebanyak 64.358 hektare (ha) tanaman pangan
di 15 kabupaten yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) gagal panen akibat kekeringan dan serangan
organisme penganggu tanaman (OPT).
Tanaman
yang gagal panen itu meliputi Padi seluas 10.493 ha, Jagung 45.375 ha dan Ubi
8.490 ha dan tersebar tidak merata di 1.147 desa di 177 Kecamatan. Kekeringan
terjadi akibat kemarau yang melanda wilayah NTT sejak April lalu.
Tanaman
yang dilanda kekeringan tersebut memang hanya mendapat pasokan air dari
bendungan yang dibangun untuk menampung air hujan. Jika hujan tidak turun dalam
waktu lama, debit air di bendungan berkurang sehingga tidak cukup dialirkan
lewat saluran ke persawahan. kekeringan
mengakibatkan 591.160 petani atau 144.966 keluarga mengalami penurunan
persediaan pangan .
Luas Tanaman, Luas Panen, Rata-rata
hasil dan Produksi Padi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010
|
|||||
Kabupaten/Kota
|
Luas Tanam
(Ha)
|
Luas Panen
(Ha)
|
Rata-rata
Hasil (Kw/Ha)
|
Produksi
(Ton)
|
|
GKG
|
Beras
|
||||
Sumba Barat
|
7685
|
6538
|
22.65
|
14806
|
8172
|
Sumba Timur
|
15324
|
4923
|
31.92
|
15716
|
8473
|
Kupang
|
14377
|
11650
|
28.65
|
33372
|
18501
|
TTS
|
2643
|
3298
|
39.21
|
12931
|
7251
|
TTU
|
15927
|
12941
|
30.71
|
39746
|
22068
|
Belu
|
6264
|
5264
|
33.43
|
17600
|
9794
|
Alor
|
4704
|
4109
|
22.58
|
9279
|
5124
|
Lembata
|
3711
|
3610
|
19.99
|
7217
|
3984
|
Folres Timur
|
12006
|
8919
|
20.81
|
18561
|
10177
|
Sikka
|
10918
|
10962
|
25.33
|
27767
|
15423
|
Ende
|
7313
|
6656
|
36.37
|
24210
|
13509
|
Ngada
|
6372
|
5431
|
42.08
|
22851
|
12765
|
Manggarai
|
19385
|
20464
|
39.92
|
81691
|
45731
|
Rote Ndao
|
8115
|
5986
|
44.36
|
26554
|
14814
|
Manggarai Barat
|
24132
|
20573
|
29.55
|
60802
|
33765
|
Sumba Barat Daya
|
14844
|
12604
|
27.21
|
34301
|
19014
|
Sumba Tengah
|
5667
|
4464
|
32.62
|
14560
|
8089
|
Nagekeo
|
7695
|
8342
|
39.37
|
32847
|
18391
|
Manggarai Timur
|
19459
|
17701
|
33.78
|
59795
|
33326
|
Sabu Raijua
|
|
|
|
|
|
Kota Kupang
|
255
|
239
|
37.08
|
886
|
495
|
Nusa Tenggara Timur
|
206796
|
174674
|
31.88
|
555492
|
308866
|
2. KONSUMSI
Pada dasarnya perkembangan subsektor ini tak hanya
dikatakan berhasil jika mencukupi kebutuhan pangan penduduk,akan tetapi juga
memperbaiki pola konsumsi masyarakat.
Perbaikan pola konsumsi dapat pula dilihat melalui
perubahan struktur pengeluaran rumah tangga.
Rata-rata
Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan,
2009-2010
Kelompok
Makanan
|
Kalori
(Kkal)
|
Protein
(Gram)
|
||
2009
|
2010
|
2009
|
2010
|
|
Padi-padian
|
1285.45
|
1269.01
|
30.74
|
30.21
|
Umbi-umbian
|
63.70
|
58.76
|
0.45
|
0.40
|
Ikan
|
35.79
|
41.15
|
5.93
|
6.86
|
Daging
|
32.84
|
38.27
|
1.83
|
2.06
|
Telur dan Susu
|
25.00
|
26.49
|
1.52
|
1.57
|
Sayur-sayuran
|
67.66
|
62.88
|
5.46
|
5.01
|
Kacang-kacangan
|
52.68
|
43.99
|
3.52
|
3.05
|
Buah-buahan
|
35.45
|
38.97
|
0.37
|
0.39
|
Minyak dan Lemak
|
174.85
|
177.00
|
0.42
|
0.44
|
Bahan Minuman
|
104.74
|
102.81
|
1.30
|
1.32
|
Bumbu-bumbuan
|
4.03
|
4.65
|
0.16
|
0.20
|
Konsumsi Lainnya
|
22.00
|
23.99
|
0.48
|
0.51
|
Makanan dan Minuman Jadi
|
66.23
|
72.33
|
1.95
|
1.98
|
Jumlah
|
1971.70
|
1960.22
|
54.12
|
54.00
|
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari masalah ini yaitu bahwasanya pertumbuhan tanaman pangan
didaerah NTT mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan tercipta berkat
adanya kemajuan tekhnologi yang berkembang yang digalakkan oleh pemerintah.
Pertumbuhan subsektor tanaman pangan juga tak boelh dipandang sebelah mata,
subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar nilai tambah sektor
pertanian dalam periode 1988-1994 sumbangan subsektor ini rata rata diatas 9
persen,tak sebading dengan subsektor lain yang menyumbang sekitar 4 persen.
Kendala
yang mencakup kondisi yang keringpun tak berpengaruh pada hasil produksi tanaman
ini terbukti pada statistik hasil produksi pada tahun 2010 yang tak mengalami
surut.
BAB V
DAFTAR
PUSTAKA
1. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php
2. http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=7263
3. http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1776204/ribuan-hektare-tanaman-pangan-di-ntt-kekeringan
4. http://ntt.bps.go.id/data/export/xpadi_10.php
5. Dumary,1996: Perekonomian Indonesia,Erlangga,Jakarta
6. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=landasan+teori+tanaman+pangan+Nusa+tenggara+timur&source=web&cd=1&ved=0CE0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fojs.unm.ac.id%2Findex.php%2Fiap%2Farticle%2Fdownload%2F133%2F25&ei=UrKrT7T1OMrVrQeW0KnaAQ&usg=AFQjCNFRB8ctmVHBew_I_ImMhZR256wUgw&cad=rja
ceritanya lucu juga yah.
BalasHapushahah tawa *ngok
BalasHapusThanks, ka
BalasHapusThanks, ka
BalasHapus