Kamis, 10 Mei 2012

TANAMAN PANGAN DI NUSA TENGGARA TIMUR


 NIKEN WIDYASWARA / 25211164 / 1EB26


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Pertanian merupakan salah satu sektor di Indonesia yang juga ikut andil mengambil alih perekonomian Indonesia,seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya flora nan melimpah. Namun tentu saja perekonomian Indonesia pada bagian agraris tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak diimbangi dengan penanganan yang baik dari segala pihak. Sedangkan nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke waktu selalu meningkat.
Tak hanya itu, pada sektor pertanian juga banyak menyerap tenaga kerja. Dan hingga saat inipun Indonesia masih menyandarkan mata pencaharian pertanian didaerah pedesaan.

Di Indonesia sendiri sektor pertanian dibagi dalam beberapa subsektor yaitu:
-          Subsektor perkebunan
-          Subsektor kehutanan
-          Subsektor peternakan
-          Subsektor peternakan
-          Subsektor tanaman pangan
Sektor pertanian tak hanya mencakup masalah bercocok tanam,akan tetapi  produsen atau pelaku disektor ini juga mencakup pekebun,peternak,petambak dan juga nelayan. Tak hanya perorangan ataupun firma akan tetapi juga perusahaan berbadan hukum.
Nilai tambah subsektor tersebut dihitung berdasarkan pendekatan produksi,tingkat harga yang dipakai untuk menghitung nilai produksi adalah nilai harga pada tingkat perdagangan besar.
Dilihat dari segi kemajuan teknologi,sektor pertanian selalu dikaitkan dengan keterbelakangan teknologi,pada dasarnya kemajuan tekhnologi dalam sektor ini sangat pesat. Sebagai contoh pengolahan hasil pertanian,budidaya,benih unggul hingga proses bioteknologi. Sehingga tak ayal lagi sektor ini akan menjanjikan pada masa yang akan datang.
 Dewasa kini pemerintah pun sedikit gencar melakukan berbagai program yang nantinya dapat meningkatkan produksi sektor pertanian, salah satu contoh yaitu pembangunan sarana dan prasarana seperti pengadaan infrastruktur yang meliputi irigasi dan jalan,kebijakan tata niaga serta harga,dan juga berbagai penelitian.
Bila kemajuan tekhnologi didaerah berkembang mengalami kemajuan yang pesat,lalu bagaimana nasib perkembangan subsektor tanaman pangan didaerah tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur?
Banyak yang mengenal Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sebuah propinsi yang terkenal dengan tingginya angka kelaparan dan gizi buruk. Berita-berita tentang kasus ini sering kita dengar di berbagai media nasional. NTT juga dikenal sebuah kawasan yang kering dan memiliki curah hujan yang rendah.

Seperti yang telah kita ketahui berbeda daerah maka berbeda pula cuaca, kondisi tanah dan suhunya,maka berbeda pula cara penanganan dalam menangani pemeliharaan,produksi dan hasil produksinya. Seperti daerah NTT yang memiliki suhu yang panas,kondisi tanah yang kering dan kurang cocok untuk menanam padi. Lalu bila demikian kondisinya bagaimana cara masyarakat memenuhi kebutuhan pangan mereka ? tentu hal tersebut dapat diatasi dengan penanaman tanaman pangan lain yang tentunya cocok dengan kondisi tanah wilayah tersebut.


B.  PEMBATASAN MASALAH

Agar dalam melakukan penulisan dan penyusunan tidak menyimpang dari judul yang dibuat, maka dalam penulisan perlu melakukan pembatasan masalah untuk mempersempit ruang lingkup sebagai berikut
Penulisan ini dibuat untuk mendalami sebuah bab dalam mata kuliah Perekonomian Indonesia. Saya akan membahas tentang salah satu sub sektor dari sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman pangan untuk wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

C.  TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan penulisan ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan di Nusa Tenggara Timur. Sehingga dengan kita mempelajari dan menganalisanya kelak kemudian kita dapat membudidayakan,mengeksplorasi secara arif dan bijak,serta dapat mengembangkan tekhnologi untuk memajukan subsektor tanaman pangan Indonesia yang memiliki potensial untuk kemudian hari.








BAB II
LANDASAN TEORI

A.  LANDASAN TEORI

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang sering mengalami
berbagai masalah yang berkaitan dengan ketahanan pangan seperti kelangkaan pangan,
gagal panen, dan busung lapar. Sementara itu, pada sisi lain luas panen yang
dioptimalkan baru mencapai 45 persen dari potensi luas panen tanaman pangan lokal
yang mencapai 210.000 ha., belum lagi dikaitkan dengan potensi lahan yang cukup
memadai. Kesenjangan dalam peningkatan produksi tanaman pangan lokal salah satu
determinannya adalah persoalan implementasi kebijakan yang belum optimal. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui teknik
dokumentasi yang berasal dari media massa yaitu Pos Kupang dan Kompas. Penelitian ini
menggunakan model model teori Jones (1994), yang memiliki tiga dimensi, yakni
organisasi, interpretasi dan aplikasi. Keseluruhan dimensinya dianggap relevan dengan
kondisi yang terjadi dalam implementasi kebijakan peningkatan produksi tanaman pangan
lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi kebijakan peningkatan produksi tanaman lokal belum optimal sehingga
masih terdapat kesenjangan yang besar antara produksi dengan potensi tanaman pangan
lokal. Beberapa masalah mendasar yang perlu mendapat perhatian yaitu masalah
kurangnya pelibatan para implementor pada tataran operasional, masalah koordinasi
pelaksanaan antar unit yang terkait; dan masalah klasik yaitu anggaran yang memadai untuk program peningkatan produksi tanaman pangan lokal.



BAB III
PEMBAHASAN

1.  PRODUKSI
Subsektor tanaman pangan sering juga dapat disebut sebagai subsektor pertanian rakyat. Dikatakan demikian karena biasanya tanaman pangan dikelola dan diusahakan oleh rakyat bukan oleh perusahaan ataupun instansi pemerintahan. Tanaman pangan mencakup berbagai komoditi bahan bahan pangan seperti padi,ketela,kedelai,jagung,sayur mayur serta buah buahan.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa padi sangat berpengaruh penting bagi konsumsi pangan di Indonesia,karena nasi merupakan salah satu makanan pokok selain ketela,jagung dan sagu.
Tanaman pangan memegang peran yang strategis dalam memelihara dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. Dan nasi sebagai makanan pokok sangat memegang peran dalam kestabilan harga harga bahan umum. Sebagai contoh apabila beras mengalami kenaikan harga,maka tentu itu akan berpengaruh pula untuk kenaikan berbagai jenis bahan pokok yang lain seperti sembako dan bbm.
          Di Indonesia itu sendiri,subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar nilai tambah sektor pertanian dalam periode 1988-1994 sumbangan subsektor ini rata rata diatas 9 persen,tak sebading dengan subsektor lain yang menyumbang sekitar 4 persen.
          Sedangkan di Nusa Tenggara Timur itu sendiri pada tahun 2009 dengan luas panen sebesar 194.219 hektar dengan produktifitas sekitar 31,27 persen dapat memproduksi 607.359 ton. Tentu dilihat dari potensinya tanaman pangan di NTT sangatlah menggembirakan.

          Tentu saja dalam menanam palawija di Nusa Tenggara Timur banyak mengalami kendala yang meliputi lima hal yaitu :
-          Rendahnya tingkat penggunaan lahan
-          Rendahnya produktivitas lahan
-          Benih masih bersifat lokal
-          Pengelolaan masih tradisional
-          Tingginya tingkat susunan pascapanen
Belum lagi kendala cuaca kemarau tentu dapat menghambat proses panen palawija. Sebanyak 64.358 hektare (ha) tanaman pangan di 15 kabupaten yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) gagal panen akibat kekeringan dan serangan organisme penganggu tanaman (OPT).
Tanaman yang gagal panen itu meliputi Padi seluas 10.493 ha, Jagung 45.375 ha dan Ubi 8.490 ha dan tersebar tidak merata di 1.147 desa di 177 Kecamatan. Kekeringan terjadi akibat kemarau yang melanda wilayah NTT sejak April lalu.
Tanaman yang dilanda kekeringan tersebut memang hanya mendapat pasokan air dari bendungan yang dibangun untuk menampung air hujan. Jika hujan tidak turun dalam waktu lama, debit air di bendungan berkurang sehingga tidak cukup dialirkan lewat saluran ke persawahan. kekeringan mengakibatkan 591.160 petani atau 144.966 keluarga mengalami penurunan persediaan pangan .








Luas Tanaman, Luas Panen, Rata-rata hasil dan Produksi Padi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010






Kabupaten/Kota
Luas Tanam (Ha)
Luas Panen (Ha)
Rata-rata Hasil (Kw/Ha)
Produksi (Ton)
GKG
Beras
Sumba Barat
7685
6538
22.65
14806
8172
Sumba Timur
15324
4923
31.92
15716
8473
Kupang
14377
11650
28.65
33372
18501
TTS
2643
3298
39.21
12931
7251
TTU
15927
12941
30.71
39746
22068
Belu
6264
5264
33.43
17600
9794
Alor
4704
4109
22.58
9279
5124
Lembata
3711
3610
19.99
7217
3984
Folres Timur
12006
8919
20.81
18561
10177
Sikka
10918
10962
25.33
27767
15423
Ende
7313
6656
36.37
24210
13509
Ngada
6372
5431
42.08
22851
12765
Manggarai
19385
20464
39.92
81691
45731
Rote Ndao
8115
5986
44.36
26554
14814
Manggarai Barat
24132
20573
29.55
60802
33765
Sumba Barat Daya
14844
12604
27.21
34301
19014
Sumba Tengah
5667
4464
32.62
14560
8089
Nagekeo
7695
8342
39.37
32847
18391
Manggarai Timur
19459
17701
33.78
59795
33326
Sabu Raijua





Kota Kupang
255
239
37.08
886
495
Nusa Tenggara Timur
206796
174674
31.88
555492
308866

2.  KONSUMSI
Pada dasarnya perkembangan subsektor ini tak hanya dikatakan berhasil jika mencukupi kebutuhan pangan penduduk,akan tetapi juga memperbaiki pola konsumsi masyarakat.
Perbaikan pola konsumsi dapat pula dilihat melalui perubahan struktur pengeluaran rumah tangga.

Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan, 2009-2010
Kelompok Makanan
Kalori (Kkal)
Protein (Gram)
2009
2010
2009
2010
Padi-padian
1285.45
1269.01
30.74
30.21
Umbi-umbian
63.70
58.76
0.45
0.40
Ikan
35.79
41.15
5.93
6.86
Daging
32.84
38.27
1.83
2.06
Telur dan Susu
25.00
26.49
1.52
1.57
Sayur-sayuran
67.66
62.88
5.46
5.01
Kacang-kacangan
52.68
43.99
3.52
3.05
Buah-buahan
35.45
38.97
0.37
0.39
Minyak dan Lemak
174.85
177.00
0.42
0.44
Bahan Minuman
104.74
102.81
1.30
1.32
Bumbu-bumbuan
4.03
4.65
0.16
0.20
Konsumsi Lainnya
22.00
23.99
0.48
0.51
Makanan dan Minuman Jadi
66.23
72.33
1.95
1.98
Jumlah
1971.70
1960.22
54.12
54.00
Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Panel, Maret 2010
BAB IV
PENUTUP

1.        Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari masalah ini yaitu bahwasanya pertumbuhan tanaman pangan didaerah NTT mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan tercipta berkat adanya kemajuan tekhnologi yang berkembang yang digalakkan oleh pemerintah. Pertumbuhan subsektor tanaman pangan juga tak boelh dipandang sebelah mata, subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar nilai tambah sektor pertanian dalam periode 1988-1994 sumbangan subsektor ini rata rata diatas 9 persen,tak sebading dengan subsektor lain yang menyumbang sekitar 4 persen.
Kendala yang mencakup kondisi yang keringpun tak berpengaruh pada hasil produksi tanaman ini terbukti pada statistik hasil produksi pada tahun 2010 yang tak mengalami surut.









BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1.     http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php
2.     http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=7263
3.     http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1776204/ribuan-hektare-tanaman-pangan-di-ntt-kekeringan
4.     http://ntt.bps.go.id/data/export/xpadi_10.php
5.     Dumary,1996: Perekonomian Indonesia,Erlangga,Jakarta
6.     http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=landasan+teori+tanaman+pangan+Nusa+tenggara+timur&source=web&cd=1&ved=0CE0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fojs.unm.ac.id%2Findex.php%2Fiap%2Farticle%2Fdownload%2F133%2F25&ei=UrKrT7T1OMrVrQeW0KnaAQ&usg=AFQjCNFRB8ctmVHBew_I_ImMhZR256wUgw&cad=rja






4 komentar: