Kamis, 17 Mei 2012

INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAKARTA

NAMA           : NIKEN WIDYASWARA
KELAS          : 1 EB 26
NPM             : 25211164
      
            INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAKARTA
Industri adalah kelompok perusahaan yang menghasilkan dan menjual barang sejenis atau jasa sejenis. Misalnya : industri tekstil adalah kelompok perusahaan yang menghasilkan dan menjual bahan baku tekstil, barang setengah jadi tekstil, dan barang jadi tekstil. Dalam perkembangannya, industri dikelompokkan menjadi 2, yaitu industri manufaktur dan industri jasa.
Menurut Heizer, dkk (2005), manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang. Untuk membuat sesuatu barang dengan tangan maupum mesin diperlukan bahan atau barang lain. Seperti halnya membuat kue diperlukan tepung, gula, mentega, dan sebagainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa manufaktur adalah kegiatan memproses suatu atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar. Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan memproses pengolahan input menjadi output.
Kegiatan manufaktur dapat dilakukan oleh perorangan (manufacturer) maupun oleh perusahaan (manufacturing company). Sedangkan industri manufaktur adalah kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah lebih besar. Contoh industri manufaktur, misalnya: industri tekstil, industri obat, industri semen, dan lain-lain.
Berdasarkan jenis proses produksi atau berdasarkan sifat manufakturnya, perusahaan manufaktur dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yakni 1) Perusahaan dengan jenis proses produksi terus-menerus (continuous process atau continuous manufacturing, 2) Perusahaan dengan proses produksi yang terputus-putus (intermitten process) atau intermitten manufacturing).
Strategi respons terhadap permintaan konsumen mendefinisikan bagaimana suatu perusahaan industri manufaktur akan memberikan tanggapan atau respons terhadap permintaan konsumen. Pada dasarnya strategi respons terhadap permintaan konsumen dapat diklasifikasikan dalam kategori: Design-to-Order, Make-to-Order, Assemble-to-Order, Make-to-Stock.
Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi (1) perancangan produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat. Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan. Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktifitas sebagaiberikut:

- Perancangan Produk - Pembelian - Pemasaran
- Mesin dan perkakas - Manufacturing - Penjualan
- Perancangan proses - Production control - Pengiriman
- Material - Support services - Customer service

industri  manufaktur di jakarta itu sendiri merupakan penopang perekonomian di indonesia, seperti yang telah kita ketahui bahwa jakarta merupakan kota metropolitan yang mana merupakan pusat bisnis internasional,sehingga para pebisnis
pun melirik Jakarta untuk tempat berinvestasi.

Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri
khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati posisi strategis
untuk terus ditingkatkan kinerjanya. Sejak krisis ekonomi tahun 1997, kinerja industri
manufaktur mengalami penurunan cukup drastis. Kondisi tersebut disebabkan terutama
karena beban hutang, terutama yang berasal dari luar negeri, di banyak perusahaan besar
yang membengkak akibat merosot drastisnya nilai tukar Rupiah serta masih terus
menurunnya daya saing pada banyak produk ekspornya. Dalam rangka mengembalikan
kinerjanya, berbagai upaya pemulihan dan restrukturisasi industri telah diprogramkan
sejak 1999. Namun berbagai upaya tersebut masih juga belum cukup berhasil
mengembalikan kinerja sektor ini pada keadaan sebelum krisis. Situasi yang dinilai
masih banyak mengganggu adalah belum terdapatnya lingkungan usaha yang kondusif
dan masih terbatasnya kapasitas infrastruktur di dalam mendukung proses peningkatan
produksi yang diharapkan.
Menurut perhitungan sementara, pertumbuhan industri pada tahun diperkirakan
sekitar 6,5 persen. Tingkat pertumbuhan ini relatif lebih baik dibandingkan dengan dua
tahun sebelumnya. Namun demikian, rata-rata tingkat pemanfaatan kapasitas terpasang
industri secara nasional diperhitungkan masih sekitar 62 persen. Indikasi untuk
perkiraan capaian ini dapat dilihat dari peningkatan impor bahan baku/penolong pada
tahun 2004 sebesar 40,4 persen dari tahun sebelumnya. Walaupun secara nasional
tingkat utilisasi ini masih relatif rendah, namun pada komoditi tertentu operasionalisasi
kapasitas terpasang justru telah dapat dilampaui. Contohnya adalah pada industri
kendaraan roda dua yang pada tahun 2003 kapasitas terpasangnya adalah 3,5 juta unit
sedangkan produksinya melebihi 3,5 juta unit.
Perkembangan industri manufaktur tidak terlepas dari peran industri kecil dan
menengah. Industri kecil dan menengah memberikan kontribusi penting kepada
pertumbuhan ekonomi, terutama perluasan kesempatan kerja. Jumlah industri kecil dan
menengah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan
lebih dari 3,0 juta unit. Potensi ekspornya juga cukup besar walaupun kontribusinya
masih rendah. Dari data yang tersedia, peranan ekspor industri kecil dan menengah
tahun 2003 baru mencapai 10,0 persen dari total ekspor non migas.
Kondisi industri manufaktur di tahun 2005 diperkirakan juga akan lebih baik dengan
pertumbuhan sekitar 6,87,3 persen dengan pemanfaatan kapasitas terpasang rata-rata
secara nasional menjadi sebesar 65 persen pada tahun 2005. Ekspansi ini dapat dilihat
dari peningkatan impor barang modal pada tahun 2004 sebesar 41,29 persen dari tahun
sebelumnya. Meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi di berbagai sektor ternyata
turut mendorong tumbuhnya industri manufaktur lokal, meski sebagian besar skalanya
II.17 – 2
masih kecil dan menengah. Tahun 2005 ini, penetrasi penggunaan komputer pribadi
(personal computer/PC) di Indonesia diperkirakan mencapai 3,05 juta unit, atau
meningkat 29,8 persen dari total pemakaian PC tahun 2004.
Tantangan yang dihadapi pada tahun 2006 adalah masih lemahnya daya saing
produk industri di pasar internasional yang antara lain disebabkan tingginya biaya yang
tidak produktif akibat sarana dan layanan publik yang belum baik. Tantangan
berikutnya adalah masih lemahnya keterkaitan antara industri hilir dengan industri kecil
dan menengah, lemahnya struktur klaster industri-industri unggulan kita, serta
penguasaan teknologi yang belum terbangun dengan baik. Sementara itu, dengan tingkat
utilisasi kapasitas masih di bawah 70 persen, sektor ini belum dapat diharapkan untuk
berperan penting di dalam mendukung upaya penyerapan tenaga kerja baru, padahal
tingginya tingkat pengangguran adalah masalah yang mendesak untuk diselesaikan.
Dengan demikian, tantangan utamanya adalah meningkatkan tumbuhnya investasi baru
di dalam kegiatan produksi.
Selain itu, dalam rangka memperluas basis produksi, permasalahan dan berbagai
keterbatasan yang dihadapi industri kecil dan menengah kepada akses permodalan,
sumberdaya, pemasaran dan informasi merupakan masalah yang perlu dipecahkan
bersama agar industri skala ini dapat didorong perkembangannya. Oleh karena itu,
arahan kebijakan yang operasional untuk tumbuhnya basis industri baru merupakan
tantangan yang perlu dirumuskan dengan seksama, yang antara lain melalui
penumbuhan industri pengolahan hasil-hasil pertanian di perdesaan untuk sekaligus
mendukung revitalisasi pertanian, dan mengintensifkan penyebaran industri pengolahan
ke luar Pulau Jawa.
Perlu dicermati bahwa terbatasnya kapasitas infrastruktur, rendahnya kualitas SDM
serta kecilnya jumlah penduduk sebagai basis tenaga kerja dan pasar produk yang
sangat terbatas membuat investasi di Luar Pulau Jawa bisa menjadi kurang menarik.
Dengan demikian, perlu ada rumusan kebijakan komprehensif yang tepat untuk
menerobos kondisi ini. Semua tantangan ini diperkirakan masih menjadi masalah yang
perlu mulai dibenahi pada tahun 2006.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang selama triwulan I-2012 (Januari-Maret) naik 4,88 persen dibanding triwulan I-2011 (year on year/yoy) yang tumbuh sebesar 3,51 persen.

Meski demikian BPS tidak merinci lebih lanjut nilai dari masing-masing produksi industri manufaktur yang dimaksud.

Jenis industri yang mengalami kenaikan pertumbuhan produksi tertinggi pada Maret 2012 dibanding periode sama 2011 antara lain farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional yang naik 24,56 persen, peralatan listrik (15,72 persen), serta jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (10,29 persen). Kemudian, pengolahan lainnya (10,15 persen), pengolahan tembakau (9,50 persen), mesin dan perlengkapan ytdl (8,54 persen), barang galian bukan logam (7,75 persen).

Selanjutnya pencetakan dan reproduksi media rekaman (7,46 persen), industri karet, barang dari karet dan plastik (5,01 persen), logam dasar (4,45 persen), minuman (4,2 persen), serta produk dari batubara dan pengilangan minyak bumi (3,27 persen). Kemudian, komputer dan barang elektronik dan optik (3,12 persen), mebel (2,81 persen), alat angkutan lainnya (2,27 persen).

Sebaliknya jenis industri manufaktur yang mengalami penurunan produksi yaitu pakaian jadi (1,37 persen), kulit, barang dari kulit dan alas kaki (2,51 persen), tekstil (2,91 persen), kendaraan bermotor, trailer dan seni trailer 6,84 persen, kayu, baran dari kayu dan gabus, barang anyaman bambu, rotan 12,47 persen.


Kamis, 10 Mei 2012

SISTEM OTONOMI DAERAH PEMEKARAN DI SULAWESI BARAT


NAMA           : NIKEN WIDYASWARA
NPM              : 25211164
KELAS           : 1 EB 26

SISTEM OTONOMI DAERAH PEMEKARAN DI SULAWESI BARAT

        Indonesia merupakan Negara yang memiliki kawasan yang luas,kurang lebih 2/3 wilayah negaranya merupakan derah perairan. Dari waktu ke waktu propinsi di Indonesia kian bertambah, hal ini dikarenakan adanya pemekaran yang dilakukan oleh pemerintah guna memeratakan jumlah penduduk Indonesia dan pemerataan kesejahteraan hidup masyarakat.
            Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Artikel ini membahas mengenai sejarah pemekaran wilayah di Indonesia
            Saat ini, Indonesia terdiri dari 33 provinsi. Dari 33 provinsi tersebut, 5 di antaranya memiliki status khusus sebagai daerah khusus atau daerah istimewa yaitu: Aceh, Jakarta, Papua, Papua Barat, dan Yogyakarta. Dari ke-33 provinsi tersebut, 10 di antaranya terletak di Pulau Sumatera, 6 di Pulau Jawa, 4 di Pulau Kalimantan, 6 di Pulau Sulawesi, 3 di Kepulauan Nusa Tenggara, 2 di Kepulauan Maluku, dan 2 lainnya terletak di Pulau Papua.

          Dan jika kita menelisik ke belakang pada Era perjuangan kemerdekaan (1945-1949). Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya,Indonesia memiliki 8 provinsi, yaitu: Sumatra, Borneo (Kalimantan), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil. Pada masa pergerakan kemerdekaan (1945-1949), Indonesia mengalami perubahan wilayah akibat kembalinya Belanda untuk menguasai Indonesia, dan sejumlah "negara-negara boneka" dibentuk Belanda dalam wilayah negara Indonesia. Namun seiring memasuki Era Republik Indonesia Serikat (1949-1950),Hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949, Belanda mengakui Indonesia dalam bentuk serikat, dimana terdiri dari 15 negara bagian plus 1 Republik Indonesia. Beberapa bulan kemudian, sejumlah negara-negara bagian menggabungkan diri ke negara bagian Republik Indonesia.

            Namun ketika memasuki Era Demokrasi Terpimpin dan Orde Lama (1950-1966). Pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Berikut adalah perkembangan pemekaran wilayah Indonesia pada kurun waktu 1950-1966:

  • Tahun’50, Provinsi Sumatra dipecah menjadi Provinsi Sumatera Utara (termasuk di dalamnya Aceh), Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Sementara, Yogyakarta mendapat status provinsi "Daerah Istimewa".
  • Tahun’56, Provinsi Kalimantan dipecah menjadi provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
  • Tahun’57, Provinsi Sumatera Tengah dipecah menjadi Provinsi Jambi, Riau, dan Sumatera Barat. Sementara Jakarta mendapat status provinsi "Daerah Khusus Ibukota". Pada tahun yang sama pula, Aceh kembali dibentuk provinsi terpisah dari Provinsi Sumatera Utara (pada tahun 1959 Provinsi Aceh mendapat status provinsi "Daerah Istimewa").
  • Tahun’59, Provinsi Sunda Kecil dipecah menjadi Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahun yang sama, dibentuk provinsi Kalimantan Tengah (dari Kalimantan Selatan).
  • Tahun’60, Provinsi Sulawesi dipecah menjadi Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
  • Tahun’63, PBB menyerahkan Irian Barat ke Indonesia
  • Tahun’64, dibentuk Provinsi Lampung (pemekaran dari Sumatera Selatan). Pada tahun yang sama, dibentuk pula Provinsi Sulawesi Tengah (pemekaran dari Sulawesi Utara) dan Provinsi Sulawesi Tenggara (pemekaran dari Sulawesi Selatan)

Namun pada Era Orde Baru (1966-1998)
  • Tahun ‘67 Provinsi Bengkulu dimekarkan dari Provinsi Sumatera Selatan
  • Tahun ‘ 69 Irian Barat secara resmi menjadi provinsi ke-26 Indonesia
  • Pada Tahun 1969-1975, Indonesia memiliki 26 provinsi, dimana 2 diantaranya berstatus Daerah Istimewa (Aceh dan Yogyakarta), dan 1 berstatus Daerah Khusus Ibukota (Jakarta). Tahun 1976, Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia dan sebagai provinsi ke-27.
Era 1999-sekarang
Pada tahun 1999, Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia dan berada di bawah PBB hingga merdeka penuh pada tahun 2002, dan Indonesia kembali memiliki 26 provinsi. Sementara itu, pada era reformasi terdapat tuntutan pemekaran sejumlah provinsi di Indonesia. Pemekaran provinsi di Indonesia sejak tahun 1999 adalah sebagai berikut:
Pada tanggal 11 November 2001 pula, Provinsi Papua dimekarkan pula provinsi baru Irian Jaya Tengah. Namun pemekaran ini akhirnya dibatalkan karena mendapat banyak tentangan.
                                                                                                                 
PEMBAHASAN
Sulawesi Barat adalah provinsi hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004. Ibukotanya ialah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19 km². Suku-suku yang ada di provinsi ini terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan suku lainnya (19,15%).
Kabupaten dan Kota
No.
Kabupaten/Kota
Ibu kota
1
Majene
2
Mamasa
3
Mamuju
4
Pasangkayu
5
Polewali






Sedangkan pada tingkat konsumsi, propinsi Sulawesi barat memiliki pertumbuhan ekonomi

Capaian PDRB Sulawesi Barat Triwulan I/2012 atas dasar harga berlaku sebesar 3.433,02 milyar rupiah sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar 1.362,96 milyar rupiah
Kinerja perekonomian Sulawesi Barat yang diukur berdasarkan kenaikan PDRB adhk 2000, dari triwulan I/2012 terhadap triwulan IV/2011 (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 0,19 persen. Sedangkan pada triwulan yang sama tahun 2011 (y on y), perekonomian Sulawesi Barat bergerak sebesar 11,78 persen.
Berdasarkan pertumbuhan q-to-q, sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) mengalami pertumbuhan tertinggi hingga 17,70 persen. Sedangkan sektor pertanian tumbuh sebesar 12,75 persen. Pada periode ini juga terdapat empat sektor yang mengalami kontraksi. Sedangkan pertumbuhan y on y, hanya satu sektor ekonomi yang pertumbuhannya minus, yakni sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar -9,84 persen. Sektor ekonomi yang tumbuh paling besar adalah sektor LGA sebesar 42,83 persen, disusul oleh sektor bangunan dan sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 20,73 persen dan 20,09 persen.
Struktur perekonomian Sulawesi Barat pada triwulan I/2012 sebagian besar tercipta dari sektor primer yang berkisar 51,60 persen atau setara dengan 1.771,50 milyar rupiah. Sementara sektor sekunder dan sektor tersier masing-masing berkontribusi sebesar 11,10 persen dan 37,30 persen dalam menciptakan tatanan perekonomian Sulawesi Barat.
Dari sisi penggunaan terlihat bahwa perekonomian Sulawesi Barat sebagian besar terserap untuk keperluan konsumsi. Pada triwulan I/2012 komponen konsumsi rumah tangga menyerap nilai tambah hingga 67,39 persen sedangkan konsumsi pemerintah sebesar 25,07 persen. Sementara komponen PMTB, hanya mendapat alokasi sebesar 407,27 milyar rupiah atau setara dengan 11,86 persen. Pertumbuhan PDRB menurut penggunaan q to q, terlihat bahwa hanya komponen konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan positif, yakni sebesar 1,40 persen. Sementara komponen lainnya cenderung mengalami kontraksi. Berbeda dengan pertumbuhan q to q, perumbuhan y on y justru memperlihatkan pergerakan yang cukup menggembirakan. Pada triwulan I/2012 hanya komponen perubahan stok yang tumbuh minus hingga 116,83 persen. Komponen-komponen yang tumbuh seperti komponen konsumsi pemerintah (26,71 persen); komponen ekspor barang dan jasa hingga 32,23 persen.
Sementara itu, neraca perdagangan Sulawesi Barat pada triwulan I/2012 mengalami defisit sebesar 32,39 milyar rupiah. Jumlah ini sedikit lebih rendah dari triwulan IV/2011 (q to q) yang sebesar 42,77 milyar rupiah. Begitupun dengan kondisi triwulan yang sama tahun 2011 (y on y), ), bahkan mencapai 52,16 milyar rupiah.
Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat berada pada urutan ke- 2 (y on y) setelah Papua Barat. Namun, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat secara q to q masih dibawah pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 1,35 persen.


4.       http://sulbar.bps.go.id/index.php?link=brs&view=detail&id=166


 

 


           

BERSAMA KAWAN

Goresan pena lukiskan sebuah kisah

Melengkapi setiap hari-hari indah

Canda tawa mewarnai setiap langkah

Hapuskan duka dengan senyuman indah


Lantunan irama hadirkan keceriaan

Suguhkan kasih sayang denganmu wahai kawan

Kita disini takkan pernah terpisahkan

Satukan keinginan tuk menggapai masa depan

Satukan jiwa, wujudkan angan-angan

Dunia kita.. dunia yang penuh ceria

Sambutlah mentari lengkapi hari ini

Kita bahagia, bahagia untuk selamanya

Rona pelangi indahkan dunia ini

lengkungkan senyuman, kita bersama...



TANAMAN PANGAN DI NUSA TENGGARA TIMUR


 NIKEN WIDYASWARA / 25211164 / 1EB26


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Pertanian merupakan salah satu sektor di Indonesia yang juga ikut andil mengambil alih perekonomian Indonesia,seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya flora nan melimpah. Namun tentu saja perekonomian Indonesia pada bagian agraris tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak diimbangi dengan penanganan yang baik dari segala pihak. Sedangkan nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke waktu selalu meningkat.
Tak hanya itu, pada sektor pertanian juga banyak menyerap tenaga kerja. Dan hingga saat inipun Indonesia masih menyandarkan mata pencaharian pertanian didaerah pedesaan.

Di Indonesia sendiri sektor pertanian dibagi dalam beberapa subsektor yaitu:
-          Subsektor perkebunan
-          Subsektor kehutanan
-          Subsektor peternakan
-          Subsektor peternakan
-          Subsektor tanaman pangan
Sektor pertanian tak hanya mencakup masalah bercocok tanam,akan tetapi  produsen atau pelaku disektor ini juga mencakup pekebun,peternak,petambak dan juga nelayan. Tak hanya perorangan ataupun firma akan tetapi juga perusahaan berbadan hukum.
Nilai tambah subsektor tersebut dihitung berdasarkan pendekatan produksi,tingkat harga yang dipakai untuk menghitung nilai produksi adalah nilai harga pada tingkat perdagangan besar.
Dilihat dari segi kemajuan teknologi,sektor pertanian selalu dikaitkan dengan keterbelakangan teknologi,pada dasarnya kemajuan tekhnologi dalam sektor ini sangat pesat. Sebagai contoh pengolahan hasil pertanian,budidaya,benih unggul hingga proses bioteknologi. Sehingga tak ayal lagi sektor ini akan menjanjikan pada masa yang akan datang.
 Dewasa kini pemerintah pun sedikit gencar melakukan berbagai program yang nantinya dapat meningkatkan produksi sektor pertanian, salah satu contoh yaitu pembangunan sarana dan prasarana seperti pengadaan infrastruktur yang meliputi irigasi dan jalan,kebijakan tata niaga serta harga,dan juga berbagai penelitian.
Bila kemajuan tekhnologi didaerah berkembang mengalami kemajuan yang pesat,lalu bagaimana nasib perkembangan subsektor tanaman pangan didaerah tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur?
Banyak yang mengenal Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sebuah propinsi yang terkenal dengan tingginya angka kelaparan dan gizi buruk. Berita-berita tentang kasus ini sering kita dengar di berbagai media nasional. NTT juga dikenal sebuah kawasan yang kering dan memiliki curah hujan yang rendah.

Seperti yang telah kita ketahui berbeda daerah maka berbeda pula cuaca, kondisi tanah dan suhunya,maka berbeda pula cara penanganan dalam menangani pemeliharaan,produksi dan hasil produksinya. Seperti daerah NTT yang memiliki suhu yang panas,kondisi tanah yang kering dan kurang cocok untuk menanam padi. Lalu bila demikian kondisinya bagaimana cara masyarakat memenuhi kebutuhan pangan mereka ? tentu hal tersebut dapat diatasi dengan penanaman tanaman pangan lain yang tentunya cocok dengan kondisi tanah wilayah tersebut.


B.  PEMBATASAN MASALAH

Agar dalam melakukan penulisan dan penyusunan tidak menyimpang dari judul yang dibuat, maka dalam penulisan perlu melakukan pembatasan masalah untuk mempersempit ruang lingkup sebagai berikut
Penulisan ini dibuat untuk mendalami sebuah bab dalam mata kuliah Perekonomian Indonesia. Saya akan membahas tentang salah satu sub sektor dari sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman pangan untuk wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

C.  TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan penulisan ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan di Nusa Tenggara Timur. Sehingga dengan kita mempelajari dan menganalisanya kelak kemudian kita dapat membudidayakan,mengeksplorasi secara arif dan bijak,serta dapat mengembangkan tekhnologi untuk memajukan subsektor tanaman pangan Indonesia yang memiliki potensial untuk kemudian hari.








BAB II
LANDASAN TEORI

A.  LANDASAN TEORI

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang sering mengalami
berbagai masalah yang berkaitan dengan ketahanan pangan seperti kelangkaan pangan,
gagal panen, dan busung lapar. Sementara itu, pada sisi lain luas panen yang
dioptimalkan baru mencapai 45 persen dari potensi luas panen tanaman pangan lokal
yang mencapai 210.000 ha., belum lagi dikaitkan dengan potensi lahan yang cukup
memadai. Kesenjangan dalam peningkatan produksi tanaman pangan lokal salah satu
determinannya adalah persoalan implementasi kebijakan yang belum optimal. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui teknik
dokumentasi yang berasal dari media massa yaitu Pos Kupang dan Kompas. Penelitian ini
menggunakan model model teori Jones (1994), yang memiliki tiga dimensi, yakni
organisasi, interpretasi dan aplikasi. Keseluruhan dimensinya dianggap relevan dengan
kondisi yang terjadi dalam implementasi kebijakan peningkatan produksi tanaman pangan
lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi kebijakan peningkatan produksi tanaman lokal belum optimal sehingga
masih terdapat kesenjangan yang besar antara produksi dengan potensi tanaman pangan
lokal. Beberapa masalah mendasar yang perlu mendapat perhatian yaitu masalah
kurangnya pelibatan para implementor pada tataran operasional, masalah koordinasi
pelaksanaan antar unit yang terkait; dan masalah klasik yaitu anggaran yang memadai untuk program peningkatan produksi tanaman pangan lokal.



BAB III
PEMBAHASAN

1.  PRODUKSI
Subsektor tanaman pangan sering juga dapat disebut sebagai subsektor pertanian rakyat. Dikatakan demikian karena biasanya tanaman pangan dikelola dan diusahakan oleh rakyat bukan oleh perusahaan ataupun instansi pemerintahan. Tanaman pangan mencakup berbagai komoditi bahan bahan pangan seperti padi,ketela,kedelai,jagung,sayur mayur serta buah buahan.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa padi sangat berpengaruh penting bagi konsumsi pangan di Indonesia,karena nasi merupakan salah satu makanan pokok selain ketela,jagung dan sagu.
Tanaman pangan memegang peran yang strategis dalam memelihara dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. Dan nasi sebagai makanan pokok sangat memegang peran dalam kestabilan harga harga bahan umum. Sebagai contoh apabila beras mengalami kenaikan harga,maka tentu itu akan berpengaruh pula untuk kenaikan berbagai jenis bahan pokok yang lain seperti sembako dan bbm.
          Di Indonesia itu sendiri,subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar nilai tambah sektor pertanian dalam periode 1988-1994 sumbangan subsektor ini rata rata diatas 9 persen,tak sebading dengan subsektor lain yang menyumbang sekitar 4 persen.
          Sedangkan di Nusa Tenggara Timur itu sendiri pada tahun 2009 dengan luas panen sebesar 194.219 hektar dengan produktifitas sekitar 31,27 persen dapat memproduksi 607.359 ton. Tentu dilihat dari potensinya tanaman pangan di NTT sangatlah menggembirakan.

          Tentu saja dalam menanam palawija di Nusa Tenggara Timur banyak mengalami kendala yang meliputi lima hal yaitu :
-          Rendahnya tingkat penggunaan lahan
-          Rendahnya produktivitas lahan
-          Benih masih bersifat lokal
-          Pengelolaan masih tradisional
-          Tingginya tingkat susunan pascapanen
Belum lagi kendala cuaca kemarau tentu dapat menghambat proses panen palawija. Sebanyak 64.358 hektare (ha) tanaman pangan di 15 kabupaten yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) gagal panen akibat kekeringan dan serangan organisme penganggu tanaman (OPT).
Tanaman yang gagal panen itu meliputi Padi seluas 10.493 ha, Jagung 45.375 ha dan Ubi 8.490 ha dan tersebar tidak merata di 1.147 desa di 177 Kecamatan. Kekeringan terjadi akibat kemarau yang melanda wilayah NTT sejak April lalu.
Tanaman yang dilanda kekeringan tersebut memang hanya mendapat pasokan air dari bendungan yang dibangun untuk menampung air hujan. Jika hujan tidak turun dalam waktu lama, debit air di bendungan berkurang sehingga tidak cukup dialirkan lewat saluran ke persawahan. kekeringan mengakibatkan 591.160 petani atau 144.966 keluarga mengalami penurunan persediaan pangan .








Luas Tanaman, Luas Panen, Rata-rata hasil dan Produksi Padi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010






Kabupaten/Kota
Luas Tanam (Ha)
Luas Panen (Ha)
Rata-rata Hasil (Kw/Ha)
Produksi (Ton)
GKG
Beras
Sumba Barat
7685
6538
22.65
14806
8172
Sumba Timur
15324
4923
31.92
15716
8473
Kupang
14377
11650
28.65
33372
18501
TTS
2643
3298
39.21
12931
7251
TTU
15927
12941
30.71
39746
22068
Belu
6264
5264
33.43
17600
9794
Alor
4704
4109
22.58
9279
5124
Lembata
3711
3610
19.99
7217
3984
Folres Timur
12006
8919
20.81
18561
10177
Sikka
10918
10962
25.33
27767
15423
Ende
7313
6656
36.37
24210
13509
Ngada
6372
5431
42.08
22851
12765
Manggarai
19385
20464
39.92
81691
45731
Rote Ndao
8115
5986
44.36
26554
14814
Manggarai Barat
24132
20573
29.55
60802
33765
Sumba Barat Daya
14844
12604
27.21
34301
19014
Sumba Tengah
5667
4464
32.62
14560
8089
Nagekeo
7695
8342
39.37
32847
18391
Manggarai Timur
19459
17701
33.78
59795
33326
Sabu Raijua





Kota Kupang
255
239
37.08
886
495
Nusa Tenggara Timur
206796
174674
31.88
555492
308866

2.  KONSUMSI
Pada dasarnya perkembangan subsektor ini tak hanya dikatakan berhasil jika mencukupi kebutuhan pangan penduduk,akan tetapi juga memperbaiki pola konsumsi masyarakat.
Perbaikan pola konsumsi dapat pula dilihat melalui perubahan struktur pengeluaran rumah tangga.

Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan, 2009-2010
Kelompok Makanan
Kalori (Kkal)
Protein (Gram)
2009
2010
2009
2010
Padi-padian
1285.45
1269.01
30.74
30.21
Umbi-umbian
63.70
58.76
0.45
0.40
Ikan
35.79
41.15
5.93
6.86
Daging
32.84
38.27
1.83
2.06
Telur dan Susu
25.00
26.49
1.52
1.57
Sayur-sayuran
67.66
62.88
5.46
5.01
Kacang-kacangan
52.68
43.99
3.52
3.05
Buah-buahan
35.45
38.97
0.37
0.39
Minyak dan Lemak
174.85
177.00
0.42
0.44
Bahan Minuman
104.74
102.81
1.30
1.32
Bumbu-bumbuan
4.03
4.65
0.16
0.20
Konsumsi Lainnya
22.00
23.99
0.48
0.51
Makanan dan Minuman Jadi
66.23
72.33
1.95
1.98
Jumlah
1971.70
1960.22
54.12
54.00
Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Panel, Maret 2010
BAB IV
PENUTUP

1.        Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari masalah ini yaitu bahwasanya pertumbuhan tanaman pangan didaerah NTT mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan tercipta berkat adanya kemajuan tekhnologi yang berkembang yang digalakkan oleh pemerintah. Pertumbuhan subsektor tanaman pangan juga tak boelh dipandang sebelah mata, subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar nilai tambah sektor pertanian dalam periode 1988-1994 sumbangan subsektor ini rata rata diatas 9 persen,tak sebading dengan subsektor lain yang menyumbang sekitar 4 persen.
Kendala yang mencakup kondisi yang keringpun tak berpengaruh pada hasil produksi tanaman ini terbukti pada statistik hasil produksi pada tahun 2010 yang tak mengalami surut.









BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1.     http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php
2.     http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=7263
3.     http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1776204/ribuan-hektare-tanaman-pangan-di-ntt-kekeringan
4.     http://ntt.bps.go.id/data/export/xpadi_10.php
5.     Dumary,1996: Perekonomian Indonesia,Erlangga,Jakarta
6.     http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=landasan+teori+tanaman+pangan+Nusa+tenggara+timur&source=web&cd=1&ved=0CE0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fojs.unm.ac.id%2Findex.php%2Fiap%2Farticle%2Fdownload%2F133%2F25&ei=UrKrT7T1OMrVrQeW0KnaAQ&usg=AFQjCNFRB8ctmVHBew_I_ImMhZR256wUgw&cad=rja